Selamat Datang di Gubug Oemar Bakrie (Tempatnya para Guru mencari panutan )

"YULIUS" Salah satu pengikut Oemar Bakrie
SMP STELLA MARIS
BSD

Kamis, 15 Juli 2010

Apakah Deterjen Anda Ramah Lingkungan?


Bahkan pekerjaan sederhana  mencuci piring pun bisa membawa dampak bagi lingkungan.
Banyak detergen pencuci piring yang mengandung fosfat. Fosfat adalah substansi yang memang dipakai, tetapi bila terlalu banyak terbuang di saluran air, akan membuat ganggang dan pitoplankton hidup menempel disitu dan berkembang dalam jumlah yang besar – mengakibatkan sebuah perkembang biakan ganggang.

Salah satu kembang ganggang paling berbahaya dibentuk oleh ganggang biru-hijau, cyanobacteria. Bila dicerna dalam jumlah besar, bahkan bisa mematikan manusia.

Kembang ganggang menutupi sinar matahari dan mengakibatkan ketakseimbangan oksigen dalam air, akibatnya, mematikan spesies lain.

Sementara paling baik adalah menggunakan detergen bebas fosfat, tergantung di mana Anda tinggal dan apakah Anda mencuci dengan tangan atau menggunakan dishwasher, mungkin menjadi tidak bisa dilakukan atau menjadi kendala untuk menggunakan detergen bebas fosfat.

Jika itu masalahnya, coba bandingkan beberapa detergen dengan kandungan fosfat berbeda. Kandungan fosfat rendah diperkirakan sekitar 1,6%, tetapi Anda juga perlu membandingkan seberapa banyak detergen yang perlu Anda gunakan.

Kejelekan lain detergen pencuci piring

Fosfat bukan satu-satunya yang menentukan. Detergen pencuci piring dapat mengandung banyak sekali bahan kimia. Surfaktan (bahan yang dapat mengurangi tegangan permukaan air bila digunakan dalam konsentrasi yang sangat rendah), alat bantu pengurai dan kestabilan, aroma dan warna, kelembutan aditif-nya, bahan pengawet, dan bahan anti bakteri kadang juga ditambahkan. Dalam beberapa kasus, mungkin bahan ini secara alami terbentuk, tetapi sering tidak terjadi. Sebagian meracuni organisme air dan mungkin tidak tersaring oleh fasilitas penyaring air.

Untuk menyebutkan semua bahan kimia yang mungkin digunakan akan merupakan daftar yang sangat panjang, jadi lihatlah petunjuk saya tentang mengidentifikasi apa yang ada dalam produk.

Bagaimana dengan botolnya?

Hal lain untuk diperiksa ketika membeli detergen dalam botol plastik adalah, apakah botolnya bisa didaur ulang. Bila dalam hal ini tidak jelas tertera pada botolnya, lihat apakah ada tanda segitiga tertempel pada label botol. Anda bisa belajar berbagai kode dalam artikel saya mengenai daur ulang tertera dalam angka. Besar Tidak Selalu Terbaik.

Pikiran kita sangat terkonsep untuk mempercayai bahwa semakin besar itu semakin baik. Contohnya bila sebotol kecil detergen harganya sama dengan botol yang lebih besar kita akan cenderung memilih botol yang besar. Membeli borongan mungkin baik, tetapi hal yang perlu diingat bahwa semua detergen botol kecil mungkin jauh lebih pekat (konsentrasinya tinggi) dan sebenarnya pilihan yang lebih baik.

Memilih detergen pencuci piring berkonsentrasi (tinggi) juga berarti kemasannya kurang dan emisinya kurang berkaitan dengan transportasi.

Detergen pencuci piring ramah lingkungan

Berita bagusnya ada banyak detergen pencuci piring yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan ketimbang beberapa tahun yang lalu, tetapi tingkat ‘keramahannya’ sangat bervariasi. Sebagai contoh, sebuah detergen (sabun) mungkin mengklaim bebas fosfat, tetapi unsur bahan lainnya terbaca seperti sebuah daftar pembelanjaan laboratorium. Jadi yakinkan untuk mempelajari labelnya sebelum memutuskan untuk membeli dan waspadai bahan detergen yang tak ramah lingkungan.

Tip cepat mencuci piring

Katakanlah, ketika Anda mencuci piring dengan tangan, Anda hanya cukup butuh busa sedikit untuk bagian atas air; apapun yang berlebihan hanya pembunuhan besar-besaran, dan mengesampingkan masalah lingkungan, Anda hanya memboroskan uang.

Juga, yakinkan bahwa Anda menggunakan semua detergen dalam botol Anda. Bila nampaknya kosong, mungkin cukup untuk sekali dua kali cuci tambahkan sedikit air hangat ke dalam botol lalu kocok! Sedikit hal ini kalau berjuta kali dilakukan sama dengan membantu meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. (Michael Bloch/Green Living Tips/bdn)

[Era Baru News]

Tidak ada komentar: