Selamat Datang di Gubug Oemar Bakrie (Tempatnya para Guru mencari panutan )

"YULIUS" Salah satu pengikut Oemar Bakrie
SMP STELLA MARIS
BSD

Jumat, 03 Desember 2010

mengubah tampilan Windows XP menjadi seperti Windows 7

pengen mencoba tampilan windows 7? tetapi OS kalian Windows XP? ini solusinya.......
ket:: baca benar2 pada waktu install
silakan download
Seven Transformer

Kamis, 02 Desember 2010

Sistem Periodik Tabel Kimia

ingin mengenal lebih jauh tentang kimia?
silakan download sistem periodik ini, gratis...
 buat yg pake laptop kecil (netbook) harap install\, biasanya minta diinstal ulang, ikuti aja perintahnya
Tabel Periodik

Rabu, 24 November 2010

mau PC atau laptop seperti terbakar?

banyak yang tertarik screensaver ini karena buat PC ato laptop menjadi panas terbakar membara.....

silakan download
flame

software supaya windows 7 starter bisa ganti wallpaper

silakan download
stardock mycolors

buat yang mau aktifkan office 2010

 silahkan download
aktivator office 2010

Kamis, 15 Juli 2010

Ternyata Benar Benua Atlantis Itu Indonesia


Prof. Arysio Nunes Dos Santos menerbitkan buku yang menggemparkan : “Atlantis The Lost Continents Finally Found”. Dimana ditemukannya ? Secara tegas dinyatakannya bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu itu adalah di Indonesia (?!). Selama ini, benua yang diceritakan Plato 2.500 tahun yang lalu itu adalah benua yang dihuni oleh bangsa Atlantis yang memiliki peradaban yang sangat tinggi dengan alamnya yang sangat kaya, yang kemudian hilang tenggelam ke dasar laut oleh bencana banjir dan gempa bumi sebagai hukuman dari yang Kuasa. Kisah Atlantis ini dibahas dari masa ke masa, dan upaya penelusuran terus pula dilakukan guna menemukan sisa-sisa peradaban tinggi yang telah dicapai oleh bangsa Atlantis itu.

Pencarian dilakukan di Samudera Atlantik, Laut Tengah, Karibia, sampai ke kutub Utara. Pencarian ini sama sekali tidak ada hasilnya, sehingga sebagian orang beranggapan bahwa yang diceritakan Plato itu hanyalah negeri dongeng semata. Profesor Santos yang ahli Fisika Nuklir ini menyatakan bahwa Atlantis tidak pernah ditemukan karena dicari di tempat yang salah. Lokasi yang benar secara menyakinkan adalah Indonesia, katanya..

Prof. Santos mengatakan bahwa dia sudah meneliti kemungkinan lokasi Atlantis selama 29 tahun terakhir ini. Ilmu yang digunakan Santos dalam menelusur lokasi Atlantis ini adalah ilmu Geologi, Astronomi, Paleontologi, Archeologi, Linguistik, Ethnologi, dan Comparative Mythology. Buku Santos sewaktu ditanyakan ke ‘Amazon.com’ seminggu yang lalu ternyata habis tidak bersisa. Bukunya ini terlink ke 400 buah sites di Internet, dan websitenya sendiri menurut Santos selama ini telah dikunjungi sebanyak 2.500.000 visitors. Ini adalah iklan gratis untuk mengenalkan Indonesia secara efektif ke dunia luar, yang tidak memerlukan dana 1 sen pun dari Pemerintah RI.

Plato pernah menulis tentang Atlantis pada masa dimana Yunani masih menjadi pusat kebudayaan Dunia Barat (Western World). Sampai saat ini belum dapat dideteksi apakah sang ahli falsafah ini hanya menceritakan sebuah mitos, moral fable, science fiction, ataukah sebenarnya dia menceritakan sebuah kisah sejarah. Ataukah pula dia menjelaskan sebuah fakta secara jujur bahwa Atlantis adalah sebuah realitas absolut ?
Plato bercerita bahwa Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan emas, batuan mulia, dan ‘mother of all civilazation’ dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga.

Warga Atlantis yang semula merupakan orang-orang terhormat dan kaya, kemudian berubah menjadi ambisius. Yang kuasa kemudian menghukum mereka dengan mendatangkan banjir, letusan gunung berapi, dan gempa bumi yang sedemikian dahsyatnya sehingga menenggelamkan seluruh benua itu.

Kisah-kisah sejenis atau mirip kisah Atlantis ini yang berakhir dengan bencana banjir dan gempa bumi, ternyata juga ditemui dalam kisah-kisah sakral tradisional di berbagai bagian dunia, yang diceritakan dalam bahasa setempat. Menurut Santos, ukuran waktu yang diberikan Plato 11.600 tahun BP (Before Present), secara tepat bersamaan dengan berakhirnya Zaman Es Pleistocene, yang juga menimbulkan bencana banjir dan gempa yang sangat hebat.
Bencana ini menyebabkan punahnya 70% dari species mamalia yang hidup saat itu, termasuk kemungkinan juga dua species manusia : Neandertal dan Cro-Magnon.
Sebelum terjadinya bencana banjir itu, pulau Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara masih menyatu dengan semenanjung Malaysia dan benua Asia.

Posisi Indonesia terletak pada 3 lempeng tektonis yang saling menekan, yang menimbulkan sederetan gunung berapi mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan terus ke Utara sampai ke Filipina yang merupakan bagian dari ‘Ring of Fire’.

Gunung utama yang disebutkan oleh Santos, yang memegang peranan penting dalam bencana ini adalah Gunung Krakatau dan ‘sebuah gunung lain’ (kemungkinan Gunung Toba). Gunung lain yang disebut-sebut (dalam kaitannya dengan kisah-kisah mytologi adalah Gunung Semeru, Gunung Agung, dan Gunung Rinjani.

Bencana alam beruntun ini menurut Santos dimulai dengan ledakan dahsyat gunung Krakatau, yang memusnahkan seluruh gunung itu sendiri, dan membentuk sebuah kaldera besar yaitu selat Sunda yang jadinya memisahkan pulau Sumatera dan Jawa.
Letusan ini menimbulkan tsunami dengan gelombang laut yang sangat tinggi, yang kemudian menutupi dataran-dataran rendah diantara Sumatera dengan Semenanjung Malaysia, diantara Jawa dan Kalimantan, dan antara Sumatera dan Kalimantan. Abu hasil letusan gunung Krakatau yang berupa ‘fly-ash’ naik tinggi ke udara dan ditiup angin ke seluruh bagian dunia yang pada masa itu sebagian besar masih ditutup es (Zaman Es Pleistocene) .
Abu ini kemudian turun dan menutupi lapisan es. Akibat adanya lapisan abu, es kemudian mencair sebagai akibat panas matahari yang diserap oleh lapisan abu tersebut.
Gletser di kutub Utara dan Eropah kemudian meleleh dan mengalir ke seluruh bagian bumi yang rendah, termasuk Indonesia. Banjir akibat tsunami dan lelehan es inilah yang menyebabkan air laut naik sekitar 130 meter diatas dataran rendah Indonesia. Dataran rendah di Indonesia tenggelam dibawah muka laut, dan yang tinggal adalah dataran tinggi dan puncak-puncak gunung berapi.

Tekanan air yang besar ini menimbulkan tarikan dan tekanan yang hebat pada lempeng-lempeng benua, yang selanjutnya menimbulkan letusan-letusan gunung berapi selanjutnya dan gempa bumi yang dahsyat. Akibatnya adalah berakhirnya Zaman Es Pleitocene secara dramatis.
Dalam bukunya Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu. Padahal zaman pada waktu itu adalah Zaman Es, dimana temperatur bumi secara menyeluruh adalah kira-kira 15 derajat Celcius lebih dingin dari sekarang.

Lokasi yang bermandi sinar matahari pada waktu itu hanyalah Indonesia yang memang terletak di katulistiwa.


Plato juga menyebutkan bahwa luas benua Atlantis yang hilang itu “….lebih besar dari Lybia (Afrika Utara) dan Asia Kecil digabung jadi satu…”. Luas ini persis sama dengan luas kawasan Indonesia ditambah dengan luas Laut China Selatan.

Menurut Profesor Santos, para ahli yang umumnya berasal dari Barat, berkeyakinan teguh bahwa peradaban manusia berasal dari dunia mereka. Tapi realitas menunjukkan bahwa Atlantis berada di bawah perairan Indonesia dan bukan di tempat lain.
Walau dikisahkan dalam bahasa mereka masing-masing, ternyata istilah-istilah yang digunakan banyak yang merujuk ke hal atau kejadian yang sama.
Santos menyimpulkan bahwa penduduk Atlantis terdiri dari beberapa suku/etnis, dimana 2 buah suku terbesar adalah Aryan dan Dravidas.

Semua suku bangsa ini sebelumya berasal dari Afrika 3 juta tahun yang lalu, yang kemudian menyebar ke seluruh Eurasia dan ke Timur sampai Auatralia lebih kurang 1 juta tahun yang lalu. Di Indonesia mereka menemukan kondisi alam yang ideal untuk berkembang, yang menumbuhkan pengetahuan tentang pertanian serta peradaban secara menyeluruh. Ini terjadi pada zaman Pleistocene.

Pada Zaman Es itu, Atlantis adalah surga tropis dengan padang-padang yang indah, gunung, batu-batu mulia, metal berbagai jenis, parfum, sungai, danau, saluran irigasi, pertanian yang sangat produktif, istana emas dengan dinding-dinding perak, gajah, dan bermacam hewan liar lainnya. Menurut Santos, hanya Indonesialah yang sekaya ini (!). Ketika bencana yang diceritakan diatas terjadi, dimana air laut naik setinggi kira-kira 130 meter, penduduk Atlantis yang selamat terpaksa keluar dan pindah ke India, Asia Tenggara, China, Polynesia, dan Amerika.

Suku Aryan yang bermigrasi ke India mula-mula pindah dan menetap di lembah Indus. . Karena glacier Himalaya juga mencair dan menimbulkan banjir di lembah Indus, mereka bermigrasi lebih lanjut ke Mesir, Mesopotamia, Palestin, Afrika Utara, dan Asia Utara.
Di tempat-tempat baru ini mereka kemudian berupaya mengembangkan kembali budaya Atlantis yang merupakan akar budaya mereka.

Catatan terbaik dari tenggelamnya benua Atlantis ini dicatat di India melalui tradisi-tradisi cuci di daerah seperti Lanka, Kumari Kandan, Tripura, dan lain-lain. Mereka adalah pewaris dari budaya yang tenggelam tersebut.

Suku Dravidas yang berkulit lebih gelap tetap tinggal di Indonesia. Migrasi besar-besaran ini dapat menjelaskan timbulnya secara tiba-tiba atau seketika teknologi maju seperti pertanian, pengolahan batu mulia, metalurgi, agama, dan diatas semuanya adalah bahasa dan abjad di seluruh dunia selama masa yang disebut Neolithic Revolution.
Bahasa-bahasa dapat ditelusur berasal dari Sansekerta dan Dravida. Karenanya bahasa-bahasa di dunia sangat maju dipandang dari gramatika dan semantik. Contohnya adalah abjad. Semua abjad menunjukkan adanya “sidik jari” dari India yang pada masa itu merupakan bagian yang integral dari Indonesia.

Dari Indonesialah lahir bibit-bibit peradaban yang kemudian berkembang menjadi budaya lembah Indus, Mesir, Mesopotamia, Hatti, Junani, Minoan, Crete, Roma, Inka, Maya, Aztek, dan lain-lain. Budaya-budaya ini mengenal mitos yang sangat mirip. Nama Atlantis diberbagai suku bangsa disebut sebagai Tala, Attala, Patala, Talatala, Thule, Tollan, Aztlan, Tluloc, dan lain-lain.

Itulah ringkasan teori Profesor Santos yang ingin membuktikan bahwa benua atlantis yang hilang itu sebenarnya berada di Indonesia. Bukti-bukti yang menguatkan Indonesia sebagai Atlantis, dibandingkan dengan lokasi alternative lainnya disimpulkan Profesor Santos dalam suatu matrix yang disebutnya sebagai ‘Checklist’.

Terlepas dari benar atau tidaknya teori ini, atau dapat dibuktikannya atau tidak kelak keberadaan Atlantis di bawah laut di Indonesia, teori Profesor Santos ini sampai saat ini ternyata mampu menarik perhatian orang-orang luar ke Indonesia. Teori ini juga disusun dengan argumentasi atau hujjah yang cukup jelas.

Kalau ada yang beranggapan bahwa kualitas bangsa Indonesia sekarang sama sekali “tidak meyakinkan” untuk dapat dikatakan sebagai nenek moyang dari bangsa-bangsa maju yang diturunkannya itu, maka ini adalah suatu proses maju atau mundurnya peradaban yang memakan waktu lebih dari sepuluh ribu tahun. Contoh kecilnya, ya perbandingan yang sangat populer tentang orang Malaysia dan Indonesia; dimana 30 tahunan yang lalu mereka masih belajar dari kita, dan sekarang mereka relatif berada di depan kita.

Allah SWT juga berfirman bahwa nasib manusia ini memang dipergilirkan. Yang mulia suatu saat akan menjadi hina, dan sebaliknya. Profesor Santos akan terus melakukan penelitian lapangan lebih lanjut guna membuktikan teorinya. Kemajuan teknologi masa kini seperti satelit yang mampu memetakan dasar lautan, kapal selam mini untuk penelitian (sebagaimana yang digunakan untuk menemukan kapal ‘Titanic’), dan beragam peralatan canggih lainnya diharapkannya akan mampu membantu mencari bukti-bukti pendukung yang kini diduga masih tersembunyi di dasar laut di Indonesia.

Apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan bangsa Indonesia ? Bagaimana pula pakar Indonesia dari berbagai disiplin keilmuan menanggapi teori yang sebenarnya “mengangkat” Indonesia ke posisi sangat terhormat : sebagai asal usul peradaban bangsa-bangsa seluruh dunia ini ?

Coba kita renungkan penyebab Atlantis dulu dihancurkan : penduduk cerdas terhormat yang berubah menjadi ambisius serta berbagai kelakuan buruk lainnya (mungkin ‘korupsi’ salah satunya). Nah, salah-salah Indonesia sang “mantan Atlantis” ini bakal kena hukuman lagi nanti kalau tidak mau berubah seperti yang ditampakkan bangsa ini secara terang-terangan sekarang.........

Apakah Deterjen Anda Ramah Lingkungan?


Bahkan pekerjaan sederhana  mencuci piring pun bisa membawa dampak bagi lingkungan.
Banyak detergen pencuci piring yang mengandung fosfat. Fosfat adalah substansi yang memang dipakai, tetapi bila terlalu banyak terbuang di saluran air, akan membuat ganggang dan pitoplankton hidup menempel disitu dan berkembang dalam jumlah yang besar – mengakibatkan sebuah perkembang biakan ganggang.

Salah satu kembang ganggang paling berbahaya dibentuk oleh ganggang biru-hijau, cyanobacteria. Bila dicerna dalam jumlah besar, bahkan bisa mematikan manusia.

Kembang ganggang menutupi sinar matahari dan mengakibatkan ketakseimbangan oksigen dalam air, akibatnya, mematikan spesies lain.

Sementara paling baik adalah menggunakan detergen bebas fosfat, tergantung di mana Anda tinggal dan apakah Anda mencuci dengan tangan atau menggunakan dishwasher, mungkin menjadi tidak bisa dilakukan atau menjadi kendala untuk menggunakan detergen bebas fosfat.

Jika itu masalahnya, coba bandingkan beberapa detergen dengan kandungan fosfat berbeda. Kandungan fosfat rendah diperkirakan sekitar 1,6%, tetapi Anda juga perlu membandingkan seberapa banyak detergen yang perlu Anda gunakan.

Kejelekan lain detergen pencuci piring

Fosfat bukan satu-satunya yang menentukan. Detergen pencuci piring dapat mengandung banyak sekali bahan kimia. Surfaktan (bahan yang dapat mengurangi tegangan permukaan air bila digunakan dalam konsentrasi yang sangat rendah), alat bantu pengurai dan kestabilan, aroma dan warna, kelembutan aditif-nya, bahan pengawet, dan bahan anti bakteri kadang juga ditambahkan. Dalam beberapa kasus, mungkin bahan ini secara alami terbentuk, tetapi sering tidak terjadi. Sebagian meracuni organisme air dan mungkin tidak tersaring oleh fasilitas penyaring air.

Untuk menyebutkan semua bahan kimia yang mungkin digunakan akan merupakan daftar yang sangat panjang, jadi lihatlah petunjuk saya tentang mengidentifikasi apa yang ada dalam produk.

Bagaimana dengan botolnya?

Hal lain untuk diperiksa ketika membeli detergen dalam botol plastik adalah, apakah botolnya bisa didaur ulang. Bila dalam hal ini tidak jelas tertera pada botolnya, lihat apakah ada tanda segitiga tertempel pada label botol. Anda bisa belajar berbagai kode dalam artikel saya mengenai daur ulang tertera dalam angka. Besar Tidak Selalu Terbaik.

Pikiran kita sangat terkonsep untuk mempercayai bahwa semakin besar itu semakin baik. Contohnya bila sebotol kecil detergen harganya sama dengan botol yang lebih besar kita akan cenderung memilih botol yang besar. Membeli borongan mungkin baik, tetapi hal yang perlu diingat bahwa semua detergen botol kecil mungkin jauh lebih pekat (konsentrasinya tinggi) dan sebenarnya pilihan yang lebih baik.

Memilih detergen pencuci piring berkonsentrasi (tinggi) juga berarti kemasannya kurang dan emisinya kurang berkaitan dengan transportasi.

Detergen pencuci piring ramah lingkungan

Berita bagusnya ada banyak detergen pencuci piring yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan ketimbang beberapa tahun yang lalu, tetapi tingkat ‘keramahannya’ sangat bervariasi. Sebagai contoh, sebuah detergen (sabun) mungkin mengklaim bebas fosfat, tetapi unsur bahan lainnya terbaca seperti sebuah daftar pembelanjaan laboratorium. Jadi yakinkan untuk mempelajari labelnya sebelum memutuskan untuk membeli dan waspadai bahan detergen yang tak ramah lingkungan.

Tip cepat mencuci piring

Katakanlah, ketika Anda mencuci piring dengan tangan, Anda hanya cukup butuh busa sedikit untuk bagian atas air; apapun yang berlebihan hanya pembunuhan besar-besaran, dan mengesampingkan masalah lingkungan, Anda hanya memboroskan uang.

Juga, yakinkan bahwa Anda menggunakan semua detergen dalam botol Anda. Bila nampaknya kosong, mungkin cukup untuk sekali dua kali cuci tambahkan sedikit air hangat ke dalam botol lalu kocok! Sedikit hal ini kalau berjuta kali dilakukan sama dengan membantu meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. (Michael Bloch/Green Living Tips/bdn)

[Era Baru News]

Rabu, 14 Juli 2010

BELIMBING WULUH sumber listrik

Era Baru News Selasa, 13 Juli 2010

belimbingwuluh

Belimbing Wuluh.

Magetan - Seorang warga di Desa Nguntoronadi, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan, Jatim, Sunarto (40), mampu menciptakan tenaga listrik dari bahan dasar larutan air belimbing wuluh.

"Pengembangan tenaga listrik dari larutan belimbing wuluh ini, berawal dari rasa prihatin akan tarif dasar listrik yang terus naik. Apalagi, masih banyak warga Indonesia di daerah pedalaman yang belum tersentuh listrik," ujar pencipta energi listrik dari belimbing wuluh, Sunarto, Selasa (13/07).

Belimbing wuluh yang tumbuh subur di pekarangan rumahnya, ia sulap menjadi zat pengurai yang mampu menghasilkan tenaga listrik alternatif, ditengah keluhan warga akan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sejak awal Juli lalu.

Ia menjelaskan, untuk menciptakan energi listrik tersebut, awalnya belimbing yang biasa digunakan sebagai sayuran ini dihaluskan untuk diambil airnya. selanjutnya, dengan menggunakan media tanah yang ditaruh dalam gelas bekas air mineral ini, air belimbing ini disuntikan secukupnya.

Selanjutnya, masing masing gelas berisi tanah bercampur sari air belimbing ini dihubungkan dengan rangkaian kawat lempengan tembaga dan seng, guna mengalirkan arus listrik.

Hasilnya, energi listrik pun tercipta dengan tegangan yang lumayan, yakni hingga mencapai 5 Volt, cukup untuk menghidupkan lampu penerangan. Tegangan yang dihasilkan ini juga lebih besar dari tegangan satu buah batu baterai.

Menurut dia, energi listrik ini tercipta karena belimbing wuluh yang memiliki tingkat keasaman tinggi hingga dapat menghantarkan ion dan elektron yang ada pada lempengan tembaga dan seng. Sehingga terciptalah arus listrik.

Rata-rata, 10 butir belimbing wuluh ini mampu menciptakan tegangan listrik hingga mencapai 2,5 volt atau setara dengan satu buah batu baterai kering. Bahkan menurut pengalamannya, energi listrik dari belimbing sayur ini dapat bertahan lama hingga mencapai satu bulan.

Sunarto yang juga guru elektronik di salah satu SMA di Bendo Magetan ini, berharap, nantinya temuannya ini dapat terus dikembangkan untuk berbagai kebutuhan rumah tangga. Di antaranya untuk menghidupkan radio, jam dinding, hingga lampu penerangan bagi daerah pedesaan yang belum tersentuh listrik.

Hingga kini, Sunarto masih terus mengembangkan hasil temuannya. Ia ingin nantinya setelah berkembang, energi listrik alternatif temuannya ini dapat dikemas dalam bentuk produk energi yang praktis layaknya baterai.

Sehingga, temuannya itu dapat dikembangkan sebagai salah satu energi alternatif ditengah tarif listrik yang dampaknya kian terasa berat bagi rakyat kecil.(ant/yan)

[Era Baru]